Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

08.55 Unknown 2 Comments


Jl. Kauman, Alun-Alun Keraton, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta merupakan masjid yang dibangun diatas tanah keraton Yogyakarta  berada di sebelah barat dari Alun Alun utara dan juga berada di sebelah barat daya keraton Yogyakarta. Letak Masjid Gedhe Kauman lebih tepatnya berada di kampung kauman, kelurahan ngupasan, gondomanan, kota Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman masih dalam satu kesatuan dengan keraton Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman juga biasa disebut dengan nama lain seperti Masjid Agung Yogyakarta.
Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta yang juga mempunyai nama Masjid Agung, Masjid Besar dan hingga saat ini menjadi masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri dibangun diatas tanah seluas 16000 meter persegi dengan luas bangunan masjid hingga 2578 meter persegi yang dapat menampung jamaah hingga 1500 jamaah. Masjid Gedhe Kauman merupakan objek wisata religi atau keagamaan karena masjid Gede ini dibangun pada tahun 1773 masehi yang pembangunannya diprakarsai sendiri oleh Sri sultan Hamengkubuwono.
Seperti pada umumnya sebuah masjid raya, Masjid Gedhe Kauman terdiri dari masjid induk dengan satu ruang utama sebagai tempat untuk sholat yang dilengkapi tempat imam memimpin sholat atau mihrab. Samping kiri belakang mihrab terdapat maksura yang terbuat dari kayu jati bujur sangkar dengan lantai marmer yang lebih tinggi serta dilengkapi dengan tombak. Maksura difungsikan sebagai tempat pengamanan raja apabila Sri Sultan berkenan sholat berjamaah di Masjid Gedhe Kauman. Tidak jauh dari mihrab terdapat Mimbar yang berbentuk singgasana berundak sebagai tempat bagi khotib dalam menyampaikan khotbah Jumat. Mimbar dibuat dari kayu jati berhiaskan ukiran indah berbentuk ornament stilir tumbuh-tumbuhan dan bunga di prada emas.
Selain ruang inti masjid induk juga dilengkapi dengan berbagai ruangan yang memiliki fungsi berbeda, seperti pawestren (tempat khusus bagi jamaah putri), yakihun (ruang khusus peristirahatan para ulama, khotib, dan merbot), blumbang (kolam), dan tentu saja serambi masjid. Bagian lain dari kompleks Masjid Gedhe pada masa sekarang adalah KUA, kantor Takmir, Pagongan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan gamelan Sekaten, Pajagan yang dulunya digunakan sebagai tempat prajurit kraton berjaga dan terletak memanjang di kanan kiri gapura, serta regol atau gapura yang berbentuk Semar Tinandu dan merupakan pintu gerbang utama kompleks masjid.

2 komentar:

Museum UGM

22.32 Unknown 3 Comments

Kompleks Kampus UGM, Bulaksumur Blok D-6 dan D-7

Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu universitas nasional yang tertua dan terbesar di Indonesia. Bahkan tidak salah apabila UGM disebut sebgai salah satu Universitas perintis pendidikan modern di tanah air. Karena itu, kiprah lembaga pendidikan ini sejak awal berdirinya hingga mencapai keadaanya yang sekarang merupakan bagian yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Banyak pengalaman berharga dapat dipelajari dari proses tumbuh kembangnya UGM.
Namun, berbagai pengalaman yang dialami oleh UGM tidak banyak diketahui oleh citivas-akademika UGM sendiri apalagi oleh masyarakat pada umumnya. Karena itu, pengalaman-pengalaman tersebut seakan tidak mempunyai arti kehidupan masyarakat di masa kini. Nilai-nilai penting yang seharusnya dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita saat ini dan generasi mendatang akan hilang begitu saja, tanpa jejak. Padahal, nilai-nilai itu sesungguhnya merupakan warisan penting yang dapat memperkaya kehidupan, baik di lingkungan akademika maupun di tengah masyarakat luas.
Menyadari akan hal itu, sudah selayaknya kini Universitas Gadjah Mada mulai menghimpun berbagai pengalaman yang berharga agar MUSEUM UGM Museum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan 28 29 dapat dilestarikan, dipelajari dan diteladani oleh generasi penerus masa kini maupun mendatang. Upaya ini dapat diawali dengan mendirikan Museum Universitas Gadjah Mada yang bertugas menghimpun dang merawat tinggalan-tinggalan bendawi yang mempunyai nilai penting dalam sejarah UGM dan menampilkan kepada civitas akademika serta masyarakat luas sehingga dapat membawa manfaat yang lebih besar. Disadari sepenuhnya, bahwa tujuan utama dari pendirian museum ini bukanya sekedar upaya untuk melestarikan tinggalan bendawinya, tetapi terlebih dari itu adalah upaya untuk mewariskan nilai-nilai luhur UGM. Selain itu, melalui museum ini, diharapkan jati diri UGM dapat dikenal oleh civitas akademika dan masyarakat luas.

3 komentar:

Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX

21.28 Unknown 2 Comments

Alamat : Kompleks Keraton Yogyakarta



Museum ini berada di dalam kompleks Kraton Yogyakarta yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X tanggal 18 November 1990. Museum kecil ini didirikan pada awal tahun 1990-an untuk mengenang tokoh yang dicintai masyarakat Yogyakarta ini. Upaya tersebut diwujudkan melalui pameran berbagai benda dan dokumen milik sultan. Benda-benda /peralatan, foto-foto dan tanda jasa serta barang yang ditampilkan dalam museum ini khusus milik maupun yang diterima almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Jam buka bersamaan dengan Kraton Yogyakarta.
Sebagai sarana untuk mengenang seorang tokoh, Museum HB IX tidak hanya merupakan tempat menyimpan benda mati. Artefak saksi keberadaan tokoh tersebut berusaha dihidupkan dalam pameran. Benda-benda tersebut dipilih, dan dipamerkan secara berkelompok dan dengan urutan tertentu, ditambah keterangan-keterangan pada label sehingga membentuk suatu cerita yang mengagungkan sang tokoh. Hal ini masih ditambah dengan bangunan museum berarsitektur Jawa dengan berbagai ukiran keemasan khas kraton, menekankan kebesaran Sultan HB IX.
Di museum ini pengunjung dapat melihat keterlibatan Sri Sultan dalam perjuangan kemerdekaan, dalam kegiatan di kraton sebagai seorang sultan Yogyakarta, pejabat negara RI, berbagai kegiatan lain seperti Pramuka–Sultan HB IX adalah Bapak Pramuka Indonesia–, juga keseharian sebagai seorang pribadi. Terdapat meja kerja, berbagai penghargaan, pakaian, dan berbagai benda lain seperti pakaian seragam militer.
Salah satu tujuan penyelenggaraan museum terutama museum memorabilia adalah untuk pendidikan, untuk menyampaikan nilai-nilai baik dari sang tokoh yang dikenang dalam museum. Dari apa yang disajikan, pengunjung dapat belajar tentang sosok Sultan Hamengku Buwono IX. Seorang sultan kadang hidup dalam dongeng bagi kita masyarakat kebanyakan. Di museum ini kita melihat bahwa sultan juga manusia biasa, yang juga senang memasak dan memiliki hobi fotografi.
Pengunjung juga diajak mengenang bahwa sultan ini meskipun dididik di Barat, tetapi adalah seorang Jawa. Selembar prasasti marmer di ruang utama museum memuat kalimat terkenal dalam pidato penobatan sultan pada tanggal 18 Maret 1940. “Al heb ik een uitgesproken westerse opvoeding gehad, toch ben en blijf ik in de allereeste plaats javaan”, “Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa”.
Di salah satu ruang museum terpampang satu lukisan sultan mengenakan baju batik dan kutipan judul biografi sultan yang diterbitkan beberapa tahun sebelum beliau mangkat, “Tahta untuk Rakyat”. Dua hal ini, pernyataan sebagai orang Jawa dan orientasi kepada rakyat menggambarkan bahwa sebagai sultan, raja masyarakat Yogyakarta, beliau berdiri pada akar budayanya dan berorientasi kepada kesejahteraan rakyat.



2 komentar: